disuduthari header

Cara Menjadi Pendengar yang Baik dalam Komunikasi

Posting Komentar

Cara Menjadi Pendengar yang Baik dalam Komunikasi

Tips Menjadi Pendengar Baik

Cara Menjadi Pendengar yang Baik

Hai, Pemirsa! Bertemu lagi kita disuduthari, tuk berbincang tentang cara menjadi pendengar yang baik dalam komunikasi. Ketujuh cara yang akan aku share ini ialah menurut Imam al-Ghazali. Bukan kata aku lho, ya.


Nah, aku sendiri bertemu poin wejangan beliau, dari buku karya Karim Asy-Syadzily yang pernah kuulas waktu itu. Ada yang sudah baca? Buku terbitan Pustaka Ifahan yang kumaksud berjudul “the Great Personality, Mengungkap Rahasia Kepribadian Kharismatik”.


Salah satu rahasia dari pemilik kepribadian berkharisma ialah dengan menjadi pendengar yang baik. Apa saja kriterianya? Apakah kita sudah punya? Apakah sudah sempurna? Mari cek bersama!


7 Cara Menjadi Pendengar yang Baik dalam Komunikasi - Menurut Imam al-Ghazali

1. Selalu mendengarkan apa yang sedang dibicarakan rekan bicaranya

Kalau bahasa aku sih, selalu mendengarkan apa yang sedang dibicarakan lawan bicara. Kita tahu sendiri, dalam berkomunikasi adakalanya kita menjadi pembicara, adakalanya kita menjadi pendengar. Saat menjadi pendengar, baiknya berusaha melakukan ini.

Ingat lho ya, ada bedanya antara mendengar dan mendengar. Mendengar itu seperti kita mendengar lagu yang diputar di minimarket, mendengarkan itu seperti kita mendengarkan podcast di suatu platform.


Mendengar berawal dari ketidaksengajaan, sementara mendengarkan itu bermula dari sengaja melakukan. – disuduthari.com

2. Menyertakan hati dan pikiran dalam pembicaraan

Ada banyak orang yang hati dan pemikirannya tidak di satu tempat. Raganya dimana… jiwanya dimana…

Biasanya orang semacam ini akan mudah dikenali dari tingkahnya. Mencolok di tengah-tengah warna yang seragam.

Baiknya, ketika sedang bercengkerama dengan lawan bicara hadirkan hati dan pikiran. Sebab, jika salah satunya berada di tempat antah-berantah, hasil dari pemahaman dan empati kita menjadi berkurang.


3. Tidak banyak menoleh ke sekitarnya

Kurasa di sini, seperti dibilang ‘matanya jangan jelalatan!” Ya, jangan serba dilihat. Terdistraksi oleh hal kecil yang lewat.


Kalau sampai pembicaraan yang penting terskip karena kebiasa ‘terlalu’ larak –lirik, bersiaplah mendapat ekspresi cemberut dari lawan bicara. Eits, tapi tidak digeneralisir, ya.


4. Tidak mengalihkan pandangan kepada para pendengar lain atau memperhatikan kondisi kejiwaan mereka

Tentu ini terkait erat dengan nomor tiga. Namun, di sini lebih spesifik mengalihkan atau teralihkan kepada orang selain lawan bicara di awal.



5. Memperhatikan hati dan dirinya sendiri

Seingkali, saat terlalu asyik berbincang, kita malah tenggelam pada dunianya orang lain. Kita lupa tentang dunia kita yang juga sangat perlu terus ditata.

Mempedulikan orang lain dengan menghadirkan hati dan pikiran kita ialah hal yang mulia. Namun, jangan sampai orang yang paling berharga di hidup kita, yaitu diri kita sendiri tak diberi kepedulian yang sama.


So, seraya berbincang, seraya bercermin. Seraya mendengarkan, seraya melakukan perbaikan di dalam. – disuduthari.com


6. Mengingat karunia (rahmat) Allah yang telah diberikan kepadanya

Saat kita berbincang, ada berapa anggota tubuh yang dilibatkan? Ada berapa indera yang diberi titah? Ada berapa karunia yang dititipkan Tuhan untuk kita?

Seyogianya, tiap momen jadi renungan. Jadi kontemplasi dan upgrade diri. Terlebih dalam hal mensyukuri nikmat yang Tuhan beri.


7. Tidak melakukan tindakan yang dapat mengganggu rekan-rekannya

Intinya hindari tindakan-tindakan yang mengganggu kenyamanan lawan bicara kita dan orang-orang di lingkungan tepat kita berbicara. It’s mean menjaga sopan santun.


Pemirsa, jika dirasa masih kurang perbincangan kita kali ini, boleh dilanjut ke intermeso di bawah, biar tambah enjoy dan mengena.


Intermeso dari Cara Menjadi Pendengar yang Baik


Pelajaran dari Sebuah Kisah tentang Etika Pendengar Menurut Rasulullah SAW

  1. Nabi saw. berkenan mendengarkan musuh beliau berbicara. Perkataan beliau, "Bicoralah, aku akan mendengarkanmu," adalah ajakan untuk berbicara dan mendengarkan orang lain dengan sopan santun, meskipun dia berbeda pandangan maupun keyakinan.
  2. Menyebut lawan bicara dengan gelar atau julukan yang disukainya sehingga dia merasa leluasa dalam berbicara. Selain itu dia juga merasa lebih mudah untuk berkomunikasi dengan Anda. Karena itulah Nabi saw. memanggil Utbah dengan sebutan "Abu Walid".
  3. Meskipun apa yang dibicarakan lawan bicara itu remeh atau naif, namun Anda tetap harus mendengarkan dan tidak memotong pembicaraannya. Rasulullah saw. adalah seorang üfusun Allah SWT untuk membebaskan manusia dari kesesatan menuju cahaya petunjuk. Tapi beliau tetap mendengarkan 'Utbah yang berbicara tentang harta, tahta, dan wanita Meskipun apa yang dibicarakan 'Utbah itu remeh dan tak berguna, namun beliau tidak lantas berkata, misalnya: "Tunggu, jangan teruskan! Apa yang Anda sampaikan itu tidak ada hubungannya sama sekali dengan misi agama yang saya bawa." Beliau bahkan mendengarkannya denga tenang hingga dia selesai berbicara.
  4. Setelah mendengar semua yang dibicarakan 'Utbah tanpa terpotong sedikitpun, beliau berkata: "Apakah engkau sudah selesai, wahai Abu Walid?" Beliau menyampaikan hal tersebut mempertimbangkan kemungkinan adanya hal-hal lain yang ingin disampaikan 'Utbah.


Informasi

Para dokter jiwa sepakat bahwa penyembuhan stres dan tekanan kejiwaan yang sangat efektif adalah dengan menyampaikan penyebab-penyebabnya kepada saudara atau teman.

Pencerahan

Amr bin 'Ash berkata: "Rasulullah saw. selalu menghadapkan wajah beliau ketika sedang berbicara kepada orang terjahat sekalipun, sehingga beliau dapat meluluhkan hatinya. Begitu juga ketika beliau berbicara denganku, sampai sampai aku menduga aku ini orang yang terbaik." (HR. at-Thabrani dengan sanad yang sahih)

Hikmah

Jika orang-orang bodoh berbicara kepada kalian, maka dengarkan. Begitu juga bila para cerdik pandai berbicara kepadamu, maka dengarkan pula mereka. Karena kesediaanmu mendengarkan orang-orang bodoh dapat menambah kesabaran Anda. Sementara mendengarkan para cerdik pandai dapat menambah ilmumu.



Oke, itu dia bocoran cara menjadi pendengar yang baik dari awal sampai akhir. Semoga kita bisa terus menjadi pribadi yang bertambah baik, bertambah value, bertambah taqwa, dari waktu ke waktu. Juga, meninggalkan dunia dalam keadaan husnul khatimah. Amin.


R. Maria Ulfah
Perempuan INFJ yang lekat dengan literasi, pengembangan diri, & hati. Tengok saja #diksidisuduthari on Instagram! :D

Related Posts

Posting Komentar