disuduthari header

Senandika : Tali yang Putus

24 komentar



Kemarin, sempat gempar tayangan berjudul "Layangan Putus." Banyak yang tak sadar bahwa talinya juga ikut putus, bahwa ada dua sisi yang perlu dilihat dan diamati.

Jika layangan itu pergi menjauh, terbang tinggi lalu jatuh, atau terbawa angin, terombang-ambing lalu bergeming, bagaimana dengan talinya? Banyak tali yang masih tergenggam walau layangan sudah berpaling meninggalkan.

Ingatkah kamu? Tali dan layangan lama menyatu. Di tengah angin di angkasa mereka menari-nari berdua.

Berdua tapi semua mata tertuju padanya. Sebab, mereka jelmaan gemintang yang punya misi saling mengisi. Maka tak heran, penduduk semesta ikut penuh dengan gerakkannya.

Namun, lupakanlah. Hm, tidak, tidak, berhentilah mengagungkannya. Setelah ikatannya terputus mereka berjalan masing-masing. Sapa menyapapun terdengar asing.

Ya, sisa rasa memang bersemayam di dalam dada, tapi saling menunjukkan sudah tak lagi relevan. Katanya, ada pisau dilempar untuk membelah, lebih dari memotong apa yang seharusnya.

Walau hati, pikiran, dan langkah untuk masa depan seirama, mereka harus puas dan menerima bahwa faktor x yang mereka bela jadi bangunan tinggi tanpa tangga, pintu, apalagi jendela.

Dengan itu, tali yang putus berbisik,
"Hati-hatilah memasuki ruang bernama. Di sana sangat panas lagi ganas, pakailah pelindung anti segala."

R. Maria Ulfah
Perempuan INFJ yang lekat dengan literasi, pengembangan diri, & hati. Tengok saja #diksidisuduthari on Instagram! :D

Related Posts

24 komentar

  1. Ada kalanya aku justru lebih menikmati layangan yang putus dari talinya. Tidak lagi ditarik dan diulur, layangan itu akhirnya bebas terbang ke mana angin membawanya. Pun pada tali, layangan itu tak akan lagi bersua. Bukan lagi asing, lebih tepatnya lupa.

    Karena layangan itu sudah terlalu asyik menikmati indahnya awan yang selama ini tak benar-benar dinikmatinya. Bagaimana bisa menikmati, kalau sedang enak-enaknya geleng ke kiri ke kanan, eh udah ditarik lagi...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hm, tarik-menarik bisa jadi seni, tarik-menarik juga bisa menghabisi. Tergantung pada siapa atau pada apa.

      Hapus
  2. Kemungkinan layangan yang terikat dengan tali ada 2. Perasaan yang terbimbing, dan terarahkan, atau yang kedua, perasaan terkekang, terpenjara, dan berharap terputus dari talinya

    BalasHapus
  3. Sebagai salah satu layangan, aku tak pernah terbang seorang diri. Selalu bergandeng tangan dengan tali yang sejauh ini selalu setia menemani. Saat layangan terpuruk, menyusup hingga kembali ke bumi, tali pula yang akan menerbangkan setinggi awan. Layangan dan tali adalah satu kesatuan laksana laut dan pantai...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yang jadi pertanyaan, masihkah tali yang sama yang memperkuat ia?

      Hapus
  4. Layangan dan tali adalah sepasang yg bila mana keduany trhubung dn lingkungan mndukung u/ terbang, maka akan terbang tinggi dn indah...jika aspek² keselerasan dn keadaan tak mndukung akan phtus jadinya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hukum alam, seleksi alam, begitu kata orang

      Hapus
  5. Bisa saja layangan yg putus terlepas dr talinya merasa bebas. Tanpa harus terikat tali yg bisa saja menghambat tinggi terbangnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kita bebas menerka meski kebenaran rasa hanya mereka dan Tuhan yang tahu~

      Hapus
  6. Mbaak, aku gak tahu harus komentar apa. Cuma mau ngasih dukungan aja, semangat yaa mbak. Semoga selalu tekun berkreasi dan berkarya!!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe, siap, makasih banyak mbak. Semangat kembali~

      Hapus
  7. mungkinkah layangan dapat terbang tanpa tali yang mengikat? DIA dengan mudahnya bisa mengutus angin membawa terbang layangan tanpa tali, membawa kemanapun yang layangan inginkan. nothing imposible...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yes! Bisa saja walau risiko celaka jauh lebih besar

      Hapus
  8. Intinya harus saling mengerti dgn cara berkomunikasi, ketika layangan ingin terbang tinggi maka tali siap mengulur lebih panjang. Bukan justru menarik terlalu kencang sehingga putus dan terpisah begitu saja

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bagaimana dengan pisau yang menjadi pihak ketiga? Atau printilan hal yang mereka bela membuat sekat begitu kuat?

      Hapus
  9. Layangan dan tali memang lamam bersama. Seiring bertambahnya waktu, angin pun tidak dapat diprediksi. Tapi layangan yang kuat mampu menarik tali nya dengan baik. Sehingga tetap terbang beriringan tanpa melepaskan dan di lepaskan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar sekali, sebab di hati kecil mereka walau jauh nya raga, bersama-sama ke mana-mana begitu didamba, kembali.

      Hapus
  10. Karena baca ini, aku baru sadar makna "layangan putus". Aku ngga ingin terjebak dalam pemikiran "siapa yg lebih terlihat dan yg lebih penting". Kalau ingin main layangan, ya, layangan dan benangnya harus menyatu dan saling mendukung. That's it.

    BalasHapus
  11. Eh iya jadi keinget lagi sama Layangan Putus yg viral dulu itu. Rasanya cuma bisa hmmm aja kalau inget kisah itu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama, Mbak. Bukan kalangan penonton seriesnya tapi kalangan penonton respon warganetnya, hehe.

      Hapus
  12. Kadang kita suka layangan utuh, apalagi saat seru-serunya dibuat kompetisi. Layangan memberikan banyak pelajaran, sepanjang apapun tali, maka akan putus. Sebagus apapun layang, akan hilang terbawa angin.

    Bahwa hidup tidak selamanya indah, hidup tidak selamanya panjang. Ada batas pada tali yang terpasang, batas itu usia.

    Duh...lagi komen apa saya nih. :D

    BalasHapus

Posting Komentar