3 Kriteria Guru Ideal (Trik Memilih Pemandu Jalan)

19 komentar

Kriteria Guru Ideal

Guru (digugu dan ditiru), sering dengar ya? tapi masih banyak yang belum punya pegangan seperti apa sih kriteria guru ideal? 

Ya, memang sedari kecil, apalagi kita yang notabenenya tinggal di Indonesia dengan 12 tahun wajib belajar, dipertemukan dengan guru-guru di lingkungan formal. Hanya, seiring berjalannya waktu, sebagai manusia yang memiliki perasaan di samping pemikiran, adakalanya muncul ketidaknyamanan.


Lalu, terkotak-kotaklah bahwa oh ini loh guru favoritku, oh ini mah guru killer, aihh kenapa harus beliau yang mengajariku… dlsb. Penilaian pribadi ini tak ubahnya mempengaruhi kedekatan kita dengan guru tersebut, hingga seberapa kuat pengaruhnya terhadap hidup kita.


Oke, kita desclimer dulu, bahwa yang akan kita bahas di sini ialah guru secara general, bukan hanya guru secara profesi/profesi guru. Bahasan ini menarik sekali, karena salah satunya di tangan guru lah pendidikan diarahkan ke mana, dan jalan hidup mengarah ke mana, hingga titik akhir berada di mana.


Oh ya, aku pribadi punya gambaran tentang menjadi pribadi yang ideal versiku. Untuk mencapai tujuan itu, diperlukan role model yang tepat untuk menjaga supaya keidealan itu berlandaskan kebenaran.


Dalam hal ini, kebenaran yang kumaksud ialah koridor agama. Hingga sebuah pernyataan yang kemarin kudengar dan kusaksikan teramat menyentuhku. Tak lain dan tak bukan, tentang kriteria guru ideal yang disampaikan habib Husein bin Ja’far al-Hadar atas pernyataan Rasulullah SAW terhadap Mu’adz bin Jabal.


2 Nilai Wajib dari Seorang Guru 
(Value yang Harus Dimiliki Guru)

Sebelum masuk pada kriteria guru ideal, alangkah bijaknya manaka kita tahu dulu nilai penting yang dimiliku oleh seorang guru yang baik. Nilai ini meliputi dua hal yakni, cinta & akhlak.


Dua nilai tersebut jadi motor penggerak dalam bertutur kata maupun bertindak. Dan, tentunya dimiliki oleh orang-orang shalih dan role model sebagai orang hebat di masanya, bahkan sepanjang masa.


1. Cinta Kasih

Tahukah kita? Segala sesuatu yang berlandaskan cinta begitu menenteramkan jiwa. Ia yang memilikinya selalu punya cara untuk memeluk tiap individu yang membeku karena problematika hidup.


Marah, kecewa, sedih, riang, khawatir, dan perasaan lainnya, didirect dengan begitu menaggumkan. Sehingga, siapa saja yang menerima transfer perasaan tersebut, tidak merasa ciut. Tidak merasa tersinggung dan senantiasa menerima sebagai bagian dari perilaku yang benar.


Namun, penerimaan tersebut dipengaruhi juga hati si lawan bicara. Jika hatinya kotor, tertutuplah jalan-jalan kebaikan dan kebenara. Hingga, do’a pada Tuhan untuk ia diberikan petunjuk ialah pilihan yang tepat.

Pemirsa,

"Kebencian itu dipelajari, sementara cinta kasih itu naluri." - disuduthari.com


2. Akhlak yang Agung

Perilaku yang bermoral, yang senantiasa menjunjung tinggi kebaikan bersama begitu berkilauan. Kita akan dengan sadar, berkata bahwa orang tersebut orang yang baik.


Jangankan pada temannya, orang memusuhinya pun ia perlakukan dengan sebaik-baiknya. Menghormati dan menghargai setiap yang bertemu, bukan hanya lintas agama, tapi juga limtas spesies, hehe.


Tugas Rasulullah di muka bumi ialah menyerpunakan akhlak. Jadi, secara tidak langsung kalau akhlak kita sesuai koridor agama maka kita berkontribusi dalam kesuksesan misi Rasulullah SAW.


Masya Allah, beliau pada umatnya teramat memperhatikan keselamatan. Aku tak pernah tak terharu saat diperdengarkan kisah-kisah kepedulian Rasulullah yang diperjuangkan di segala situasi dan kondisi.


Mari bersholawat padanya dan terus mencintainya. Allah memulaikan beliau sebagai kekasihnya, dan kita memuliakan beliau sebagai utusan Allah yang teramat luhur dan agung budi pekertinya.

"Allahumma shalli ala Muhamad wa ala ali sayyidina Muhammad…"


.

Nah itu dia, dua nilai yang bisa kita intip untuk menelaan pantaskah seseorang dikatakan guru yang baik, guru ynag ideal, guru yang kita teladani.


Btw, dalam hal penyampaiannya terdapat 3 kriteria guru ideal. Apa saja? Ini dia…



3 Kriteria Guru Ideal 

Guru sejati menyampaikan segala sesuatu dengan 3 hal. Pertama, menggembirakan. Kedua, memudahkan. Ketiga, mempersatukan.

Guru itu menyampaikan sesuatu dengan kegembiraan

1. Menggembirakan 

Jika kita bertemu guru yang belum apa-apa saja hati kita sudah riang gembira.  Hati-hati, kamu memasuki zona yang tepat. 


Penyampainnya itu, selalu bisa memikat hati, bukan menakut-nakuti. Bukan bicara tentang neraka, neraka, dan neraka! Tapi bagaimana siapapun berpotensi masuk surga. Itu contoh kecilnya.

"Agama jangan melulu menaku-nakuti umatnya tentang neraka, agama justru membutuhkan marketing ke surga yang nyaman, happy, dan riang gembira." – Gus Baha


Penyampaian guru itu memudahkan

2. Memudahkan

Kata Habib Husein Ja’far, agama itu menjadi solusi. Kata Aba (suamiku) pun, kalau di masyarakat dibutuhkan solusi bukan penegakkan hukum yang kaku.


So, segala yang diatur tidak dipaksakan semerta-merta pada tiap orang, karena ada yang sanggup ada yang tidak.


Persatuan

3. Mempersatukan

Di sini, guru yang ideal punya misi mempersatukan. Perkataannya dan perilakunya sebisa mungkin membuat kedamaian di tengah-tengah keberlangsungan hidup.


Sekali lagi, bukan hanya yang berbeda agama, tapi juga berbed spesies sekalipun. Kita tak menceraiberaikan, karena apapun itu akan kembali pula pada kita. 


.

Okay, itulah sedikit yang kushare ulang dari pernyataan Habib Husen bin Ja’far al-Hadar dalam podcast-podcast yang kudengar. Ada di Close the Door – Deddy Corbuzier, Berbeda tapi Bersama – Noice, dll.


Jujur, 3 kriteria guru ideal di atas jadi peganganku untuk memastikan ya, ini benar-benar guru yang digugu dan ditiru dalam hidup. Sejatinya menggugu tau mengikuti jejak orang-orang shalih terdahulu salah satu langkah efektif untuk berjalan di zona keselamatan. Salam~


ultraulfa
Mencomblangi kamu berjumpa dengan diri idealmu~

Related Posts

19 komentar

  1. makanya ada pepatah jawa guru itu digugu lan ditiru ya mba... guru favoritku dulu adalah beliau yang menggembirakan sih...

    BalasHapus
  2. Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Pantas saja diberi sebutan pahlawan tanpa tanda jasa karena memang menjadi guru harus memiliki kriteria yang menyenangkan dan ramah.
    Sikap-sikap positif wajib tercermin pada diri seorang guru, berat tapi bisa. Dimulai dari niat yang mulia, menjadi guru sangatlah luar biasa.

    BalasHapus
  3. masyaallah saya tersentuh dengan kata-kata "dengan berakhlak baik artinya kita ikut menunaikan misi Rasulullah SAW" semoga kita semua dimudahkan memiliki akhlak yang baik ya mba

    BalasHapus
  4. Ternyata tidak mudah ya untuk bisa jadi guru ideal. Dibutuhkan effort yang luar biasa... Saya sendiri sebagai pengajar di salah satu perguruan tinggi, merasakan bagaimana penuh perjuangannya seorang pendidik, apalagi di era globalisasi seperti sekarang ini

    BalasHapus
  5. selain dibekali dengan berbagaimacam kompetensi guru juga harus mempunyai akhlak dan adzab yg baik

    BalasHapus
  6. Orang tua selain orangtua kandung adalah guru, yang mengajari banyak hal tentang hidup, oleh karena itu kita juga harus hormat, seandainya berbeda pendapat sebaiknya disampaikan dengan santun bukan seenaknya mencaci seperti orang yang tidak beradab
    Bagaimanapun juga guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa, kita bisa baca tulis juga karena guru bukan

    BalasHapus
  7. setuju sekali dengan nilai-nilai yang harus dimiliki oleh seorang guru yaitu rasa mengasihi dan juga akhlak yang baik agar dapat berinteraksi sepenuh hati dengan para murid di kelas maupun di luar kelas

    BalasHapus
  8. Jadi guru itu luar biasa melelahkan kalau tidak didasari dari hati yang paling dalam. Namun nilai kebaikan nya sangat luar biasa

    BalasHapus
  9. Meskipun bukan guru secara profesi, saya pun guru bagi anak-anak di rumah. Terima kasih sharing-nya, Mbak. Sungguh menyentil saya yang kadang seperti nenek lampir di depan anak. Harusnya berinteraksi dengan menggembirakan, ya.

    BalasHapus
  10. Makna guru sangat luas ya, bahkan ketemu siapapun di jalan yang dia memberi kita pelajaran sengaja atau tidak, juga bisa jadi guru kehidupan.

    BalasHapus
  11. Aku melihat kriteria guru ideal ini untuk jadi reminder buat aku sebagai orang tua. Sudah sejauh mana kriteria ini menempel dalam diriku. Karena keseharian aku yang tak pernah lepas dari menjadi gurunya anak-anak. Poin satu terutama sangat makjleb. Aku belum menjadi guru yang menggembirakan untuk anak-anakku.

    BalasHapus
  12. guru yang menggembirakan emang sesuai tugas Rasulullah ya menyampaikan kabar gembira kjepada kaum muslimin, tapi juga ga abai tentang bahaya neraka ya, dapat pengetahuan tentang neraka supaya bisa terhindar darinya. jangan kaya di konser yang belum alam ini, merasa baik baik aja kalo masuk neraka, huhuhu

    BalasHapus
  13. Menjadi guru yang ideal memang susah susah gampang, disamping kita udah pusing dengan aneka ragam administrasi guru, tapi harus juga selalu tampil dan memberikan yang terbaik untuk murid-murid kita.

    BalasHapus
  14. memang sebaik-baiknya teladan ya Rasulullah ya mba, teladan yang tak lekang oleh waktu dan jaman. saat ini memang tak mudah mencari guru yang ideal, harus banyak berdoa juga biar bisa bertemu dgn guru yang sesuai dengan kriteria2 di atas

    BalasHapus
  15. wah mbak, suka dengerin podcastnya ya. Boleh tahu podcast Habib husein namanya apa?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Berbeda Tapi Bersama podcast di aplikasi Noice

      Hapus
  16. Menjadi guru harus memiliki value agar bisa ditanamkan pada siswa.kalau guru pujya value, insya Allah siswa pun akan menjadi siswa berakhlak

    BalasHapus
  17. Jadi guru yang ideal ternyata gak mudah ya mba. Walaupun profesinya gak jadi guru pun, kelak pasti bakal jadi guru bagi anak-anak kita.

    BalasHapus

Posting Komentar