disuduthari header

Catatan Kecil di 2019

33 komentar

 KATA MAAF MAMPUKAH MEWAKILI?

'Maaf' merupakan salah satu kata ajaib, ia adalah sahabat dari kata 'terimakasih'. Sebagian mengatakan bahwa hadirnya mampu menghempas gersangnya hati. Dan sebagian lainnya berpendapat bahwa kata ini sudah terlalu basi.

Jujur, pernahkah kau merasa sepi, lalu ada yang menemani? Pernahkah kau bersedih, lalu ada yang tiba-tiba membuatmu tertawa geli? Atau pernahkah ada seseorang yang datang ke duniamu tanpa kau undang sama sekali? Jika pernah dan jika kalian masih bersama, maka boleh jadi kitapun akan merasakan hal yang tak jauh beda.

Seperti hari ini misalnya. Saat penyesalan hadir membayangi, di sela aktifitas yang menguras waktu dan energi. "Aku, kamu, dan kita semua mungkin tahu akan sesuatu, namun sangat jarang yang mengerti hal dibalik itu". Sedikit berbelit-belit memang, tapi itulah perasaan yang yang campur aduk dalam hati dan ingatan.

Kesal? Ya. Miris? Pasti. Ya, kesal dan miris disaat genting-gentingnya dia butuh kita, kita malah tak ada. Kita tak mampu ada disaat dia membutuhkan seseorang yang setidaknya sedikit mengikis gumpalan lara yang tercipta.

Aku teringat perkataanya. Yang pada intinya: "Tidak semua yang bercerita masalah itu butuh solusi, akan tetapi ada diantara mereka yang hanya butuh ditemani. Karena apa? Karena mereka sebetulnya mampu mengatasi, namun tetap perlu seseorang di belakangnya demi memastikan bahwa mereka tidak menghadapi semuanya sendiri".

Andai kata maaf mampu menggantikan waktu yang terlewat, tentu aku akan mengatakannya beribu kali.

Tapi tak semudah itu kawan! Karena kata maaf bukanlah mantra yang bisa dengan sekejap mata menghapus kecewa. Namun, ia akan lebih dihargai adanya bilamana bersanding dengan tulusnya hati dan sikap yang tak seperti tadi.

Bahkan, kata 'maaf' tak wajib kau ucap! Karena yang harus diingat adalah bagaimana caranya hal tak mengenakkan tak terjadi lagi di masa depan. 

Akhir kata, semoga aku dan kamu yang membaca tulisan ini, serta kita yang punya pengalaman yang sama mampu menjaga sosok dia yang begitu berharga. Ya, sosok 'dia' yang tak hanya melukiskan tawa setiap hari, namun juga bersedia mendukung orang terdekatnya setulus hati.


MANUSIA PENYEBAR BAHAGIA

Bolehkah aku bertanya? Ya, padamu! Kamu yang membaca tulisan ini...

Pernahkah kau bertemu sosok manusia penyebar bahagia? Manusia yang menjuluki dirinya pengobat lara... Senyumnya meneduhkan jiwa, tawanya melerai gelisah di dada, dan tingkah lakunya sungguh tak dapat ditebak, namun yang pasti dia penular rasa.


'Moody'. Pernah dengar kata ini? Sangat mudah dia berganti suasana hati yang tadinya gelap menjadi cerah, secerah mentari pagi yang menyilaukan sepasang mata yang bersikukuh melihatnya.

By the way... Pagi ini sudahkah kita menemuinya? Untuk sekedar mengatakan Hello dan dibalas Hi misalnya?  Atau untuk sekedar melihat senyumnya dan menantikan tingkah konyol yang menyeret seringai tawa?

Sungguh luar biasa ya... Penular senyum, pembuat tawa, dan penyisip kata bahagia.

Jujurlah! Diantara kita tentu pernah ada yang berpikir dia adalah manusia sempurna bukan? Ya, manusia yang tak punya masalah maupun beban pikiran. Manusia yang selalu bahagia karena senyum dan tawa melekat erat padanya. Namun cobalah kita lihat lebih dalam! Seperti yang ia katakan semalam, "No Body Perfect!". Tidak ada manusia yang sempurna.

Kau tahu? Waktupun berbisik padaku... Ternyata dia bukanlah manusia sempurna yang punya jalan hidup lurus lurus saja. Dia bukanlah manusia yang selalu dikelilingi rasa aman dan nyaman. Justru dia adalah manusia yang punya ujian hidup yang mungkin lebih berat dari kita.

Namun aku belajar banyak darinya, dia adalah manusia tangguh yang selalu berserah diri pada Tuhan nya. Dia selalu berusaha memberikan apapun yang ia bisa berikan. Dan dialah salah satu pemilik kepribadian kharismatik yang langka di dunia yang fana.

Seorang pelipur lara... Pengobat gejolak rasa... Dan penyebar bahagia yang selalu dirindukan kehadirannya...

Jika kamu bertemu seseorang sepertinya, jangan pernah sia-siakan dia ya... Karena sosok yang peduli akan kesehatan mental kita itu tidak banyak, namun mereka yang habis-habisan bersaing dan menjatuhkan orang lain semakin menyeruak.


WAKTU

Waktu, lagi-lagi aku berselisih denganmu. Aku sadar, sebetulnya kamu membawa peluang untuk  membuat hidup menjadi lebih hidup.

Jujur, perasaan gelisah dan cemas sering menghantui tatkala nafsu mengambil alih kontrol diri.

Kau datang, kau hadir, dan kau membayangi, namun penyakit lupaku memang sering kambuh di saat-saat menentukan dalam rentetan perjalanan ini.

Ketahuilah, tulisan ini sesungguhnya bagai tamparan keras terkhusus untuk orang yang sering terjangkit penyakit malas.

Dan kepadamu sang waktu, di momen ini dengan tulus kumohon padamu. Jangan pergi tanpa kujadikan engkau hal yang paling berarti. Karena hadirmu adalah anugerah sekaligus ujian yang Allah beri, untuk mengetahui seberapa banyak manusia yang mensyukuri dan seberapa besar presentasi mereka yang merugi.


Karena hati punya hak untuk didengar, pun logika sangat layak diperhitungkan.
R. Maria Ulfah
Perempuan INFJ yang lekat dengan literasi, pengembangan diri, & hati. Tengok saja #diksidisuduthari on Instagram! :D

Related Posts

33 komentar

  1. (Tidak semua yang bercerita masalah itu butuh solusi,) betul sekali, mereka hanya ingin kita mendengar saja, itu sudah cukup❣️❣️

    BalasHapus
  2. Ah iya...
    Makasih kak, udah mampir:)

    BalasHapus
  3. Dan aku menjadi tipe orang yang suka bercerita, tapi suka juga mendengarkan cerita..ehehehe Semangat selalu menulisnya kak ;)

    BalasHapus
  4. Wah balance ya kak... duh duh kalo kaya gini jadi makin semangat dong^^

    BalasHapus
  5. aku tipe orang yang suka cerita namun sedikit minat untuk mendengarkan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihi minatmah gak bisa diganggu gugat ya? Yang pasti, tetap menghargai lawan bicara kita (itu sih intinya).

      Hapus
    2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
  6. Aku pengen bisa menulis seperti ini. Temanya serius, menggunakan bahasa formal. Namun mengalir dan enak dibaca.

    "Tidak semua yang bercerita masalah itu butuh solusi". Betul sekali, kadang mereka cuma ingin orang tahu kalau mereka merana.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Memang benar salah satu cara kalau mau tahu kita itu gimana, tanyakan sama orang. Hihi

      Yang nulis mah padahal gak ngerasa formal... kalau masalah ngalir, mungkin karena ngerasa bukan nulis tapi ngobrol aja.

      Ah iya, emang paling seneng kalau ada yang ngertiin kita. Apalagi kalau kita juga bisa ngertiin mereka. Uuuuu lengkap sudah dunia ini.

      Hapus
  7. Bener banget lho. Sebenernya kita cuma butuh 'tempat nyampah' biar tidak merasa sendiri. Lagian dikasi solusi juga kadang ga diurusi wkkwkw

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihi tapi jangan keseringan jadiin orang tempat sampah ya kak. Terkecuali orangnya lebih kuat dari kita.

      Hapus
  8. Bener banget..
    g semua orang yang curhat sebenarnya butuh solusi atau pencerahan..
    kadang hanya butuh didengar dan ditemani.
    biar dia tahu kalau ada yg selalu berdiri di samping atau bahkan belakang dia untuk mendukungnya..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau udah gini, berarti kita siap ya di barisan pendukungnya.... dengan menjadi pendengar yang baik?

      Hapus
  9. Bener banget kak. Kadanf kita cuma ingin didengarkan, di pahami dan di mengerti #eeaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihi itulah pentingnya mempelajari skill berinteraksi atau berkomunikasi. Kalau merekanya capek sama sikap kita, galau deh tuuuu karena ditinggal pergi.... (uuuu jangan sampai sadarnya baru di titik ini).

      Hapus
  10. Maka dari ketika saat ngobrol, sharing pendapat akan lebih baik mendengarkan dulu bukan langsung main potong aja wkwk

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setuju!!! Dan berlu jam terbang tinggi buat konsisten dengan ini.

      Hapus
  11. Waaaah makasih masukannya...
    Iya Kak, kedepannya diperbaiki lagi.

    BalasHapus
  12. Terima kasih kak sudah berbagi jadi dapat banyak inspirasi setalah membaca ini. Tips kak bisa membuat tulisan sepanjang ini butuh brpa lama kak?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama-sama kak. Alhamdulillah kalo sekiranya menjadi list inspirasi bagi kakak.

      Sebetulnya gak dihitung juga. 3 judul tadi dibuat di waktu yang berbeda dengan trigger yang berbeda pula.

      Hapus
  13. Kata maaf tidak wajib terucap, asal tulus menyesal dan hal yang mengenakkan tidak terjadi lagi masa depan. Setujuuu!!! Suka tulisannya..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe iya Kak. Berawal dari pengalaman, dipertemukanlah kita dengan Si Pesan.

      Makasih... Semoga bisa saling memotivasi ke depannya. Aamiin

      Hapus
  14. Terima kasih, maaf, dan tolong adalah kata-kata singkat namun susah untuk diucapkan, apalagi dibiasakan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Namun tanpa mereka, peluang retaknya suatu hubungan bertambah besar.

      Semoga kita bisa membiasakannya ya~

      Hapus
  15. maka dari itu, orang-orang yang ada di saat sulit menjadi tak mudah untuk terganti .. Kadang ketika hidup berputar dan ia tak lagi ada, butuh waktu agak lama untuk melupa :)

    Sye ma ngat Kak!

    BalasHapus
    Balasan
    1. "Semakin kita mencoba melupakan sesuatu, semakin kita mengingatnya" .

      Oke! Semangat juga ya, buat Kakak. Semoga segera hadir sosok yang membuat aman - nyaman...

      Hapus
  16. Gimana caranya untuk memaafkan orang yang kita benci kak?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aduh sampai ada yang bertanya gini hehe

      Pada intinya memaafkan adalah upaya penyembuhan jiwa.

      Hapus
  17. Kadang bisa memaafkan kak, tapi belum tentu bisa melupakan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Memaafkan dan melupakan memang suatu hal yang berbeda.

      Terima dulu bahwa kita memang tidak lupa. Seiring di perjalanan coba kita lerai perasaan tak mengekkan sedikit demi sedikit.

      Alangkah baiknya, ketika kita punya masalah dengan sesorang, kebaikannyalah yang paling kita kenang.

      Semangat yaaaa, memang tak mudah, namun tak ada yang mustahil.

      Mari terus belajar dari hal yang terkecil sekalipun...

      Hapus
  18. Semoga kita bisa memaafkan tak hanya diucap saja namun dihati juga

    BalasHapus

Posting Komentar